Salah satu situs wisata Bandung yang terlupakan
adalah Curug Dago. Curug atau air terjun yang berada di Dago atas ini
sebenarnya bisa menjadi objek wisata yang tenang dan nyaman untuk
dikunjungi.
Namun, lokasinya yang tersembunyi dari keramaian, membuat
curug ini kurang diminati sebagai objek wisata. Bahkan tak jarang warga
Bandung sendiri tidak tahu lokasi sebenarnya dari curug terkenal yang
juga menyimpan sejarah tentang cikal bakal Bandung ini.
Untuk mencapai lokasi ini sebenarnya sangat mudah, sebab lokasinya
tak jauh dari Taman Budaya Bandung yang lebih terkenal dengan Tea House,
atau juga dekat dengan kampus Pasca Sarjana/D3 Unpad di Dago. Jika
menggunakan sarana angkutan umum, pengunjung bisa menggunakan angkot
jurusan Dago dan berhenti sebelum terminal atau jalan menuju Tea House.
Dari tempat pemberhentian tersebut, ambil jalan yang ada di arah kanan
ikuti jalan tersebut hingga ke depan gerbang Paasca Sarjana Unpad.
Curug Dago, Situs Wisata Bandung Yang Terlupakan
Di depan gerbang Pasca Sarjana Unpad ini, ada tangga yang menuju ke
bawah. Pengunjung tinggal menuruni titian tangga. Titian tangga ini
memang cukup panjang dan sedikit berliku. Hingga tak jarang banyak
pengunjug yang merasa kelelahan. Terlebih jika memikirkan arah pulang.
Setelah sampai di sebuah jembatan, di situlah keberadaan curug Dago. Di
seberang jembatan, ada semacam lapangan yang bisa dijadikan tempat
beristirahat. Inilah yang menjadi salah satu situs wisata Bandung yang terlupakan.
Untuk pulang, bisa melalui titian tangga tersebut atau bisa juga
mengambil jalan lain yang cenderung datar. Jalan setapak di sebelah kiri
sebelum jembatan, bisa disusuri. Melalui jalan ini, pengunjung akan
malintasi sekolah alam dagi di Bandung hingga akhirnya keluar dari Dago
Pojok, tepat di seberang Hotel Sheraton Bandung.
Apa yang Ada di Curug Dago?
Curug Dago
memang tidak seperti curug lain yang memiliki ketinggian puluhan meter.
Curug ini mungkin hanya beberapa atau belasan meter saja, dengan warna
air yang kecokelat-cokelatan. Namun demikian, keadaan alam di sekitar
lokasi masih terbilang asri. Hal tersebut wajar, mengingat curug ini
masih bagian dari wilayah konservasi Taman Hutan Raya Ir. H Djuanda.
Dari jembatan, masih ada lagi anak tangga yang menuju ke bawah atau
tepian sungai. Di tepian sungai ini, berdiri sebuah bangunan kecil yang
melindungi situs bersejarah berupa batu tulis. Konon, batu tulis yang
berada di tepian sungai itu, ditoreh pada zaman Padjadjaran.
Sayang, tak
ada penjagaan atau pengamanan khusus terhadap situs bersejarah ini.
Sehingga bukan tidak mungkin jika ada tangan-tangan jahil yang merusak
situs ini. berdasarkan ulasan di atas, jika melihat akses yang cukup
sulit dengan kurangnya fasilitas wisata kiranya wajar jika Curug dago
dikatakan sebagai situs wisata Bandung yang terlupakan.