Situ Lembang sangat layak dikatakan sebagai danau terpenting bagi warga Bandung.
Beberapa ahli mengatakan bahwa danau ini adalah saksi sejarah sekaligus
yang bertanggung jawab atas terbentuknya panorama dan keindahan alam
Bandung.
Di sisi lain, banyak ulasan yang menyatakan bahwa danau ini merupakan
danau buatan. Hal itu mungkin didasari atas kenyataan bahwa di sekitar
danau telah dibuat tanggul-tanggul penahan abrasi yang dilengkapi dengan
pintu air. Atau beberapa nama tempat di sekitar lokasi yang berbau
Belanda. Kenyataan tersebut, tentunya bukanlah alasan yang kuat untuk
menyatakan danau ini sebagai danau buatan.
Beberapa ahli kebumian yang konsen pada masalah patahan dan cekungan
Bandung, justru membeberkan sejumlah fakta bahwa danau ini terbentuk
akibat letusan Gunung Sunda sejak ribuan tahun yang lalu. Dengan kata
lain, danau ini merupakan kaldera dari Gunung Sunda itu sendiri.
Gunung Sunda sendiri merupakan gunung purba yang dipercaya merupakan
cikal bakal lahirnya Tangkuban Parahu setelah meletus. Dengan demikian,
bisa dikatakan juga bahwa danau ini merupakan salah satu danau purba
yang masih lesatari di wilayah Bandung.
Sejarah dan keberadaan Situ Lembang,
saat ini memang menjadi polemik tersendiri. Di satu sisi, pembuktiannya
sebagai danau purba masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
Di sisi
lain, keberadaannya yang kini di bawah komando militer, tentunya
menambah panjang daftar birokrasi, terutama dalam hal perijinan.
Artinya, tak sembarangan orang bisa masuk ke lokasi ini, terlebih pada
saat latihan dan pendidikan militer digelar.
Kendati demikian, di luar waktu tersebut, danau ini sebenarnya bisa
dinikmati oleh masyarakat umum. Dalam artian bisa digunakan sebagai
objek wisata alam, kendati hanya dikenal oleh wisatawan lokal saja, itu
pun hanya mereka yang senang menggeluti kegiatan alam bebas.
Di Balik Kisah Tangkuban Parahu
Dilihat dari lokasi, Situ Lembang
terletak antara Gunung Burangrang dan Gunung Tangkuban Parahu. Dari
lokasinya, kita bisa melihat fakta lain mengenai Gunung Tangkuban
Parahu. Faktanya bahwa Gunung Tangkuban Parahu sama sekali tidak
terlihat seperti perahu terbalik saat dilihat dari sekitar danau.
Kenyataan ini, tentunya memberi bukti dan gambaran lain tentang
perkembangan folklore Sangkuriang atau Tangkuban Parahu. Dengan kata
lain sangat mungkin jika folklore tersebut dibuat dan dikembangkan oleh
masyarakat di bagian timur dan selatan dari Tangkuban Parahu. Masyarakat
tersebut tidak lain adalah penduduk Bandung.