Jika masyarakat Betawi mengenal bir pletok dan orang-orang di Dataran
Tinggi Dieng memiliki purwaceng sebagai minuman tradisional yang
berkhasiat, masyarakat Sunda juga punya. Namanya Bajigur. Entah darimana
toponimi itu berasal, tapi yang pasti bajigur memiliki cita rasa yang
segar selain juga berkhasiat.
Meski
berasal dari Jawa Barat, pedagang bajigur banyak dijumpai di seputaran
Jakarta. Pedagang bajigur biasanya menggunakan gerobak. Di dalam
gerobak, terdapat kompor yang digunakan untuk menghangatkan bajigur.
Karenanya, bajigur yang dijual dalam gerobak selalu tersaji dalam
keadaan hangat.
Cara membuat bajigur sangat mudah. Bang Udin
salah seorang pedagang bajigur yang berjualan di Situ Babakan
mengungkapkan bahan-bahan berupa jahe, santan, gula jawa, dan garam
dicampurkan jadi satu. Setelah bercampur, bahan-bahan tersebut dimasak
sambil diaduk-aduk. Saat dimasak, campuran tersebut ditambahkan vanili.
Jika berselera, adonan tersebut bisa ditambahkan dengan sedikit kopi
atau kolang-kaling.
Bajigur akan lebih nikmat jika diminum dalam
keadaan hangat. Meski demikian, banyak juga masyarakat yang suka
meminumnya dalam keadaan dingin dengan mencampurkan es batu.
Bajigur sangat pas dinikmati pada sore hari yang dingin atau ketika hujan
turun. Minuman ini akan terasa sangat nikmat jika disajikan bersama
singkong atau ubi rebus.