Kingvoyage Travel Planner: Mengenal Permainan Anak-anak Tradisional Sunda

Kamis, 08 Juni 2017

Mengenal Permainan Anak-anak Tradisional Sunda

Permainan anak-anak tradisional Sunda perlahan-lahan mulai dilupakan. Sama halnya seperti permainan tradisonal lainnya yang pernah ada di Nusantara. Berkembangnya zaman dari waktu ke waktu, membuat perhatian anak-anak lebih cenderung jatuh ke permainan digital.

Anak-anak tidak lagi suka menciptakan kelompok-kelompok kecil bermain. Mereka seakan telah mempunyai dunianya sendiri. Asik pada permainan yang dipindahkan dalam sebentuk gambar-gambar bergerak di sebidang layar datar.

Mengenang permainan anak-anak tradisonal Sunda tempo dulu, Anda pasti ingat pada permainan-permainan berikut ini:

1. Sondah atau engkle

 

Permainan sondah sebenarnya bukan sebatas permainan tradisional rakyat Sunda saja. Daerah-daerah lain di Indonesia juga memainkkanya. 

Hanya saja penyebutan namanya yang berbeda-beda.  Sondah dimainkan dengan cara membuat pola kotak-kotak di atas tanah terlebih dahulu. Setiap pemain wajib memiliki satu batu yang digunakan sebagai penanda nantinya.

Batu diletakkan pada kotak pertama dan akan dilempar ke kotak-kotak selanjutnya, sedangkan pemain harus melewati kotak-kota yang tidak diisi batu dengan kaki satu. Pemain yang batunya berhasil memasuki semua kotak dan dia melewatinya tanpa menginjak garis akan dinyatakan sebagai pemenang.

2. Prepet jengkol

 

Permainan anak-anak tradisional Sunda prepet jengkol sering dimainkan saat terang bulan. Permainan ini cukup semarak karena dimainkan bersama lagu. 

Dibutuhkan rata-rata 4-5 orang pemain (lebih banyak, lebih seru). Seluruh pemain membentuk formasi lingkaran sambil menghadap ke belakang. Tangan saling mengait teman di sebelahnya.

Lalu, salah satu kaki mereka saling mereka dikait ke kaki kawan yang lain, sehingga membentuk tumpukan di tengah-tengah lingkaran. Dengan hanya menggunakan satu kaki mereka berputar-putar sambil menyanyikan lagu “Perepet jengkol jajahean.. Kadempet kohkol jejeretean”. 

Dibutuhkan keseimbangan tubuh yang baik saat memainkan permainan ini. Siapa yang paling akhir bertahan tanpa tidak terjatuh dinyatakan sebagai pemenang. Ada pula yang mengatakan permainan ini tidak memberlakukan siapa yang menang atau yang kalah.

3. Oray-orayan

 

Permainan ini tidak kalah seru dengan dua permainan tradisional sebelumnya. Oray-orayan dimainkan dengan banyak pemain (tidak terbatas). 

Semua pemain membentuk formasi satu barisan panjang. Yang berada di belakang memegang ujung baju kawan di depannya, begitu seterusnya. Nah, pemain yang berdiri di bagian depan, harus dapat menjangkau baju pemain yang berada pada barisan terakhir.

Sedangkan pemain di barisan terakhir harus dapat menghindar supaya ujung bajunya tidak tertangkap. Barisan tidak boleh putus kecuali antara yang paling depan dengan belakang. Kalau si pemain pada barisan paling depan berhasil menangkap ujung baju pemain paling paling belakang, maka terbentuklah satu lingkaran utuh dan permainan pun diulang dari pertama dengan susunan yang boleh ditukar-tukar. 

Itulah beberapa jenis permainan anak-anak tradisional Sunda yang nasibnya mulai hilang ditelan zaman. Semoga permainan-permainan tersebut masih dapat kita perkenalkan pada generasi yang akan datang.